Seperti halnya produk buatan manusia seperti motor, gedung, senjata, dan apapun yang terdapat di dunia ini, bahkan termasuk manusia sendiri yang merupakan ciptaan Tuhan, maka musik pun tersusun dari unsur-unsur yang membentuk keberadaannya. Jika dibandingkan dengan manusia hidup, maka musik juga memiliki jiwa, jantung, pikiran, dan kerangka.
Beberapa komponen pendukung keberadaan musik tersebut tersusun dari bahan-bahan pembentuk yang akan dibahas dalam bab ini.
Bunyi dan nada dipelajari dalam mata pelajaran iImu akustika musik. Biasanya ilmu akustika dipelajari sebagai landasan dalam memahami produksi bunyi berbagai alat musik. Secara akustik, bunyi dihasilkan oleh getaran. Sebagai contoh, fenomena produksi suara yang dihasilkan dengan jalan menggesekkan alat penggesek (bow) pada senar biola. Contoh lain ialah petikan pada senar gitar. Perlu dicatat bahwa bunyi bukan vibrasi melainkan efek yang dihasilkan vibrasi. Secara sederhana, bunyi adalah sensasi otak. Bunyi yang diproduksi alat musik maupun apa saja, menyebar ke segala arah. Beberapa di antaranya ditangkap oleh telinga kemudian dikirim ke otak. Otak kemudian menerjemahkan pesan-pesan tersebut sebagai bunyi.
Nada memiliki tingkat ketinggian yang berbeda-beda. Tingkat ketinggian bunyi maupun nada yang dalam istilah internasional disebut pitch (bahasa Inggris) ditentukan oleh kecepatan getar atau biasa disebut frekuensi. Getaran yang teratur pada jumlah tertentu dalam setiap detiknya menghasilkan nada-nada musikal yang membedakan dari bunyi yang diproduksi untuk tujuan lain. Semakin tinggi kecepatan getaran maka semakin tinggi pula tingkat ketinggian suatu bunyi atau nada.
Sebuah nada dengan jumlah getaran tertentu akan menjadi satu oktaf lebih tinggi jika jumlah getarannya dilipat gandakan. Misalnya nada C tengah yang memiliki 256 getaran per detik, maka nada oktafnya, yaitu C berikutnya, akan memiliki 512 getaran per detik.
Berdasarkan tinggi rendahnya, penyebutan nada-nada musikal menggunakan tujuh abjad pertama yaitu A, B, C, D, E, F, dan G, mulai dari yang terrendah hingga tertinggi. Nada kelipatannya yaitu A, yang hadir setelah G, disebut sebagai oktaf. Demikian pula seterusnya hal tersebut berlaku untuk kelipatan nada-nada yang lainnya. Secara umum wujud notasi nada ialah butir-butir yang berbentuk sedikit lonjong.
Butir-butir nada (dibaca: not) diletakan pada lima buah garis sejajar yang di Indonesia lazim disebut garis paranada (Inggris: Staff). Terdiri dari 5 garis dan 4 spasi. Sistem penulisan butir-butir nada pada paranada dikenal dalam masyarakat kita dengan istilah not balok. Pada dasarnya prinsip membaca not balok adalah sangat sederhana seperti halnya membaca sebuah grafik. Tingkat ketinggian nada dapat terlihat dengan jelas sebagaimana apa adanya pada paranada. Butir nada yang terletak di bawah menunjukkan nada yang rendah dan demikian pula halnya dengan nada yang tinggi tentunya terletak di wilayah atas. Pada garis paranada terdapat garis-garis vertikal pembatas irama yang disebut garis birama. Di antara garis-garis pembatas terbentuk kolom-kolom yang disebut birama (Inggris: bar)
Nama-nama nada diterapkan sejalan dengan keadaan tersebut, sehingga semakin tinggi letak butir nada maka abjad yang digunakan semakin ke kanan. Pada ilustrasi di atas dapat kita maklumi bahwa posisi nada-nada pada paranada dapat diklasifikasikan pada dua tempat, yang pertama yaitu pada spasi atau di antara garis (ada 4 spasi), dan yang kedua pada garis (ada 5 garis). Sebagaimana ditunjukkan pada birama pertama dan kedua dalam contoh di atas, secara berurutan nada B pada garis ketiga, terletak di atas nada A pada spasi kedua. Nada-nada yang berada di luar kelima garis sejajar atau paranada tersebut, diakomodasi seperlunya oleh garis-garis bantu yang diletakkan di atas maupun di bawah paranada.
Penulisan nada pada paranada dapat disimak pada ilustrasi berikut ini:
Paranada dapat mengakomodasi seluruh wilayah nada-nada musikal dari yang terrendah hingga yang tertinggi. Untuk keperluan tersebut nama-nama nada pada paranada ditentukan oleh kunci (Inggris: key) yang berbeda-beda yang diletakkan pada setiap awal paranada.
Penulisan nada-nada pada wilayah suara tinggi (Diskan) menggunakan kunci G (G clef) atau biasa juga disebut treble clef;
nada-nada pada wilayah suara rendah (baskan) menggunakan kunci F atau biasa disebut bass clef.
Di antara kedua kunci tersebut ada kunci-kunci lain yaitu kunci C yang biasa disebut dengan alto clef, untuk mengakomodasi penulisan nada-nada tengah.
Ritme dapat diibaratkan sebagai denyut jantung bagi musik. Dengan demikian peranan ritme sangat penting, sehingga jika musik tidak memiliki ritme yang jelas maka musik tersebut akan melayang atau kabur. Ritme atau irama, adalah susunan di antara durasi nada-nada yang pendek dan panjang, nada-nada yang bertekanan dan yang tak bertekanan, menurut pola tertentu yang berulang-ulang. Dapat juga dikatakan bahwa ritme ialah melodi yang monoton. Dalam berbagai situasi ritme bagaikan denyut jantung bagi suatu karya musik sehingga tanpanya sebuah karya musik tidak bisa hidup atau bernafas. Tanda ritme terdapat dalam garis paranada pada permulaan lagu tepat setelah kunci (clef) dan tanda kunci.
Tanda ritme tersusun dari dua pembagian angka.
Angka yang terdapat di atas menunjukan pola tekanan yang berulang-ulang dengan dibatasi oleh garis pembatas vertikal atau biasa disebut garis birama,
sedangkan angka yang terletak di bawahnya menunjukkan jenis nada yang dijadikan satuan.
Guna memahami ritme secara mendalam, kita perlu mengenal bentuk-bentuk nada dan tanda istirahat. Jika butir nada atau not merupakan tanda agar nada dibunyikan, maka tanda istirahat menunjukkan bahwa pemain tidak boleh membunyikan apapun selama waktu tertentu. Sementara tanda istirahat memiliki bentuk yang bervariasi, bentuk nada mengacu pada dikembangkan dari kepala not (note head), tangkai (stem), bendera (tail).
Dalam lagu berirama 4/4, menandakan dalam 1 bar terdiri dari 4 not crotchet. Atau dalam bar tersebut tidak harus selalu diisi dengan not crotchet saja, tetapi dapat diisi dengan not yang lainnya, dengan catatan jumlah irama dalam bar tersebut sebanyak 4 ketuk.
Dalam lagu berirama 3/2, menandakan dalam 1 bar terdiri dari 3 not minim. Atau dalam bar tersebut tidak harus selalu diisi dengan not minim saja, tetapi dapat diisi dengan not yang lainnya, dengan catatan jumlah irama dalam bar tersebut sebanyak 6 ketuk.